Sejarah Plastik
Sejak
tahun 1950-an plastik menjadi bagian penting dalam hidup manusia. Plastik
digunakan sebagai bahan baku kemasan, tekstil, bagian-bagian mobil dan
alat-alat elektronik. Dalam dunia kedokteran, plastik bahkan digunakan untuk
mengganti bagian-bagian tubuh manusia yang sudah tidak berfungsi lagi. Pada
tahun 1976 plastik dikatakan sebagai materi yang paling banyak digunakan dan
dipilih sebagai salah satu dari 100 berita kejadian pada abad ini.
Plastik
pertama kali diperkenalkan oleh Alexander Parkes pada tahun 1862 di
sebuah ekshibisi internasional di London, Inggris. Plastik temuan Parkes
disebut parkesine ini dibuat dari bahan organik dari selulosa. Parkes
mengatakan bahwa temuannya ini mempunyai karakteristik mirip karet, namun
dengan harga yang lebih murah. Ia juga menemukan bahwa parkesine ini
bisa dibuat transparan dan mampu dibuat dalam berbagai bentuk. Sayangnya,
temuannya ini tidak bisa dimasyarakatkan karena mahalnya bahan baku yang
digunakan.
Pada akhir abad ke-19
ketika kebutuhan akan bola biliar meningkat, banyak gajah dibunuh untuk
diambil gadingnya sebagai bahan baku bola biliar. Pada tahun 1866, seorang
Amerika bernama John Wesley Hyatt, menemukan bahwa seluloid bisa
dibentuk menjadi bahan yang keras. Ia lalu membuat bola biliar dari bahan
ini untuk menggantikan gading gajah. Tetapi, karena bahannya terlalu rapuh,
bola biliar ini menjadi pecah ketika saling berbenturan.
Bahan sintetis pertama
buatan manusia ditemukan pada tahun 1907 ketika seorang ahli kimia dari New
York bernama Leo Baekeland mengembangkan resin cair yang ia beri nama
bakelite. Material baru ini tidak terbakar, tidak meleleh dan tidak
mencair di dalam larutan asam cuka. Dengan demikian, sekali bahan ini
terbentuk, tidak akan bisa berubah. Bakelite ini bisa ditambahkan ke
berbagai material lainnya seperti kayu lunak.
Tidak
lama kemudian berbagai macam barang dibuat dari bakelite, termasuk
senjata dan mesin-mesin ringan untuk keperluan perang. Bakelite juga
digunakan untuk keperluan rumah tangga, misalnya sebagai bahan untuk membuat
isolasi listrik.
Rayon,
suatu modifikasi lain dari selulosa, pertama kali dikembangkan oleh Louis
Marie Hilaire Bernigaut pada tahun 1891 di Paris. Ketika itu ia mencari
suatu cara untuk membuat sutera buatan manusia dengan cara mengamati ulat
sutera. Namun, ada masalah dengan rayon temuannya ini yaitu sangat mudah
terbakar. Belakangan masalah ini bisa diatasi oleh Charles Topham.
Tahun
1920 ditandai dengan demam plastik. Wallace Hume Carothers, ahli
kimia lulusan Universitas Harvard yang mengepalai DuPont Lab, mengembangkan
nylon yang pada waktu itu disebut Fiber 66. Fiber ini menggantikan bulu
binatang untuk membuat sikat gigi dan stoking sutera. Pada tahun 1940-an
nylon, acrylic, polyethylene, dan polimer lainnya menggantikan bahan-bahan
alami yang waktu itu semakin berkurang.
Inovasi penting lainnya
dalam plastik yaitu penemuan polyvinyl chloride (PVC) atau vinyl.
Ketika mencoba untuk melekatkan karet dan metal, Waldo Semon, seorang ahli
kimia di perusahaan ban B.F. Goodrich menemukan PVC. Semon juga menemukan
bahwa PVC ini adalah suatu bahan yang murah, tahan lama, tahan api dan mudah
dibentuk.
Pada tahun 1933,
Ralph Wiley, seorang pekerja lab di perusahaan kimia Dow, secara tidak
sengaja menemukan plastik jenis lain yaitu polyvinylidene chloride
atau populer dengan sebutan saran. Saran pertama kali digunakan untuk
peralatan militer, namun belakangan diketahui bahwa bahan ini cocok
digunakan sebagai pembungkus makanan. Saran dapat melekat di hampir setiap
perabotan seperti mangkok, piring, panci, dan bahkan di lapisan saran
sendiri. Tidak heran jika saran digunakan untuk menyimpan makanan agar
kesegaran makanan tersebut terjaga.
Pada tahun yang sama,
dua orang ahli kimia organik bernama E.W. Fawcett dan R.O. Gibson
yang bekerja di Imperial Chemical Industries Research Laboratory menemukan
polyethylene. Temuan mereka ini mempunyai dampak yang amat besar bagi
dunia. Karena bahan ini ringan serta tipis, pada masa Perang Dunia II bahan
ini digunakan sebagai pelapis untuk kabel bawah air dan sebagai isolasi
untuk radar.
Pada tahun 1940
penggunaan polyethylene sebagai bahan isolasi mampu mengurangi berat
radar sebesar 600 pounds atau sekitar 270 kg. Setelah perang berakhir,
plastik ini menjadi semakin populer. Saat ini polyethylene digunakan
untuk membuat botol minuman, jerigen, tas belanja atau tas kresek, dan
kontainer untuk menyimpan makanan.
Selanjutnya,
seorang insinyur Swiss bernama George de Maestral sangat terkesan
dengan suatu jenis tumbuhan yang menggunakan ribuan kait kecil untuk
menempelkan dirinya. Lalu pada tahun 1957 de Maestral meniru tumbuhan
tersebut untuk membuat Velcro atau perekat dari bahan nylon.