Mengenal Kuau Raja


Kuau Raja atau dalam nama ilmiahnya Argusianus argus adalah salah satu burung yang terdapat di dalam suku Phasianidae. Kuau Raja mempunyai bulu berwarna coklat kemerahan dan kulit kepala berwarna biru. Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, panjangnya dapat mencapai 200cm.
Di atas kepalanya terdapat jambul dan bulu tengkuk berwarna kehitaman. Burung jantan dewasa juga memiliki bulu sayap dan ekor yang sangat panjang, dihiasi dengan bintik-bintik besar menyerupai mata serangga atau oceli. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan, panjangnya sekitar 75cm, dengan jambul kepala berwarna kecoklatan. Bulu ekor dan sayap betina tidak sepanjang burung jantan, dan hanya dihiasi dengan sedikit oceli.


Pada musim berbiak, burung jantan memamerkan bulu sayap dan ekornya di depan burung betina. Bulu-bulu sayapnya dibuka membentuk kipas, memamerkan "ratusan mata" di depan pasangannya. Nama binomial spesies ini diberikan oleh Carolus Linnaeus, berdasarkan dari raksasa bermata seratus bernama Argus di mitologi Yunani. Burung betina menetaskan hanya dua telur saja.

Seharusnya, nama jenis argus mestilah untuk burung merak, bukan burung kuau seperti dalam mitologi Yunani. Di Indonesia sendiri hanya merak jawa satu-satunya jenis yang dimiliki, selain yang ditemukan di India dan China. Namun karena kemiripan antara merak dan kuau, akhirnya secara kebetulan si pemberi nama dari Swedia itu menyematkan nama itu untuk kuau. Alasannya cukup kuat karena kuau raja juga memiliki ekor yang indah dan bermata layaknya merak. Keduanya pun berasal dari suku yang sama, yakni Phasianidae.

Di beberapa daerah di Indonesia semisal Kalimantan, bulu kuau adalah sesuatu yang sakral buat suku Dayak Kanayatn. Mahkota di kepala mereka terdiri atas bulu-bulu kuau dan bulu enggang. Bulu itu memiliki makna tertentu yang melekat kuat dalam ikatan adat. Ikat kepala itu mereka sebut tangkulas. Sebegitu dekatnya mereka dengan kuau sehingga bulu itu menghiasi kepala mereka.

Dalam kehidupan liar, di saat musim kawin kuau jantan biasanya  menciptakan gelanggang menari, daerah yang dibersihkan itu berbentuk lingkaran berdiameter lebih kurang 2 meter. Serasah daun, ranting, batu-batu dibersihkan. Jantan akan menggoda dan menari-nari di lingkaran untuk menyenangkan pasangannya. 

Habitat yang memiliki kuau raja berada di hutan-hutan Sumatera.  Di daerah jawa, jika kuau berbunyi menandakan harimau jawa tidak jauh dari mereka, begitu juga dengan sumatra, di daerah sebaran gajah masyarakat lokal percaya jika kuau bersuara ribut berarti gajah akan datan dalam jumlah rombongan besar.  

Berikut ini adalah gambar-gambar kuau raja yang menari di gelanggang yang telah dibersihkannya, gambar-gambar tersebut kami peroleh dari kamera trap yang kami pasang di dalam hutan di lokasi kerja kerja kami.